Your Smart Wedding Platform

Nggak Cuma Enak, 19 Makanan Khas Ini Bermakna di Pernikahan Jawa

19 Aug 2025 | By Nurma Arum Wedding Market | 66

Pernikahan tradisional memiliki berbagai elemen yang memiliki makna mendalam, bisa dari dekorasi hingga makanan. Salah satu tradisi yang memiliki berbagai jenis makanan dengan macam-macam maknanya adalah pernikahan adat Jawa. Mulai dari tumpeng yang berukuran besar hingga kue-kue berukuran kecil seperti madumongso, ternyata makanan-makanan ini bukan hanya disajikan untuk menambahkan rasa saja.

Berikut ini beberapa jenis makanan yang sering muncul di acara pernikahan Jawa lengkap beserta berbagai maknanya yang mungkin terlewat dari pandanganmu. Apa saja? Simak yuk selengkapnya!

1. Dawet

Foto: via Instagram/a_elisacha

Dawet atau cendol adalah minuman manis dari tepung beras dengan kuah santan dan gula merah. Dalam tradisi Jawa, dawet sering muncul dalam prosesi midodareni atau resepsi, bahkan kadang “dijual” secara simbolis dengan koin atau uang logam. Filosofinya sangat dalam, manisnya dawet melambangkan kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga, sedangkan butiran cendol yang banyak melambangkan rezeki yang terus mengalir tanpa henti. Prosesi membeli dawet juga dimaknai sebagai harapan agar keluarga dan kerabat selalu mendukung perjalanan pengantin, sekaligus doa agar rumah tangga yang dijalani tidak pernah kekurangan.

2. Nasi untuk prosesi dhahar klimah

Dalam prosesi dhahar klimah, pengantin akan saling menyuapi nasi sebanyak tiga suapan dengan lauk pauknya. Nasi sebagai makanan pokok melambangkan sumber kehidupan, sementara angka tiga melambangkan cinta, kesetiaan, dan penghormatan. Ritual ini menjadi sebuah simbol romantis sekaligus sebagai janji bahwa pengantin akan saling menghidupi, menjaga, dan memenuhi kebutuhan satu sama lain. Lauk yang beragam serta menyertai nasi juga memiliki makna bahwa kehidupan rumah tangga penuh dengan berbagai warna dan harus dinikmati bersama dengan rasa syukur.

3. Tumpeng

Source: wikimedia

Tumpeng adalah nasi berbentuk kerucut dengan lauk-pauk di sekelilingnya. Makanan dengan bentuk khas ini selalu hadir dalam hajatan besar termasuk pernikahan. Bentuk kerucut yang menjulang ke atas melambangkan doa agar pengantin selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Lauknya pun penuh dengan simbol, ayam ingkung sebagai tanda kepasrahan, telur utuh sebagai lambang kesatuan, sayuran hijau untuk kesuburan, dan sambal sebagai pengingat bahwa hidup berumah tangga juga penuh tantangan. Tumpeng ini sekaligus menjadi ungkapan syukur kepada Tuhan atas penyatuan dua insan.

4. Ayam ingkung

Ayam ingkung adalah ayam utuh yang dimasak dengan bumbu rempah khas Jawa dan santan. Ayam ini disajikan dalam keadaan utuh untuk melambangkan keutuhan keluarga yang diharapkan tidak tercerai-berai. Ingkung juga bermakna kepasrahan total kepada Tuhan, seperti bentuknya yang “bersila” dengan kepala menunduk. Dalam konteks pernikahan, ayam ingkung menjadi doa agar pengantin selalu rendah hati, berserah, dan sabar dalam membangun rumah tangga. Selain itu, keutuhan bentuk ayam juga melambangkan kesatuan lahir batin yang harus dijaga sepanjang hidup.

5. Jenang atau bubur merah dan putih

Jenang merah dan putih selalu hadir dalam prosesi adat Jawa, termasuk pernikahan. Jenang merah yang terbuat dari gula merah melambangkan keberanian, semangat, dan kekuatan, sedangkan jenang putih melambangkan kesucian, ketulusan, dan keikhlasan. Jika dipadukan, keduanya menjadi simbol keseimbangan dalam rumah tangga, ada kalanya penuh tantangan, ada kalanya tenang dan damai. Tekstur jenang yang lengket juga dimaknai sebagai perekat hubungan sehingga pasangan diharapkan selalu erat dan tidak mudah tercerai.

6. Ketan

Ketan, baik dalam bentuk jadah atau ketan kukus selalu dimaknai sebagai lambang keterikatan. Sifatnya yang lengket melambangkan eratnya ikatan antara suami dan istri, serta keterikatan dengan keluarga besar masing-masing. Taburan kelapa di atas ketan melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Dalam seserahan, ketan biasanya disertakan sebagai doa agar rumah tangga pasangan selalu lengket dalam kebersamaan, sulit dipisahkan, dan senantiasa harmonis.

7. Rujak

Rujak, dengan rasa manis, asam, pedas, dan segar, adalah simbol kehidupan rumah tangga yang penuh warna. Dalam pernikahan Jawa, rujak biasanya disajikan pada saat midodareni atau acara pengajian sebelum akad. Filosofinya, kehidupan rumah tangga tidak selalu manis, tapi ada asam dan pedas yang harus dijalani bersama. Jika menggunakan degan atau kelapa muda, maknanya bertambah sebagai simbol kesegaran, umur panjang, dan semangat baru dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

8. Apem

Source: wikimedia

Apem adalah kue bulat manis dari tepung beras. Kata “apem” berkaitan dengan kata Arab “afwan” yang berarti maaf. Filosofinya, apem melambangkan pembersihan diri dan saling memaafkan. Dalam tradisi pernikahan, kue apem melambangkan harapan agar pasangan memulai lembaran baru dengan hati yang suci — mampu mengikhlaskan masa lalu, serta siap saling memaafkan sepanjang perjalanan rumah tangga.

9. Jadah 

Jadah merupakan olahan ketan putih yang dipadatkan dan dibungkus menggunakan daun pisang. Dalam pernikahan, jadah biasanya digunakan dalam seserahan atau suguhan. Filosofinya sama dengan ketan, lengket dan erat sehingga melambangkan hubungan yang kuat. Makanan ini berasal dari pasar sehingga juga melambangkan kesederhanaan, bahwa kebahagiaan rumah tangga tidak harus mewah, tapi cukup dengan kebersamaan dan kesetiaan.

10. Kue cucur

Kue cucur berbentuk bulat dengan pinggiran yang melebar, terbuat dari tepung beras dan gula merah. Filosofinya adalah rezeki yang mengalir lancar, seperti adonan yang menyebar saat digoreng. Dalam pernikahan, kue cucur menjadi doa agar pasangan selalu diberkahi kelancaran rezeki, usaha yang berkembang, dan kehidupan yang makmur.

11. Wajik

Wajik dibuat dari beras ketan yang dimasak bersama gula merah dan santan hingga teksturnya lengket dan bercita rasa manis. Kue ini melambangkan kesetiaan, kehangatan, serta kebahagiaan yang manis. Teksturnya yang lengket melambangkan keterikatan pasangan, sementara warna cokelat keemasan memberi kesan kehangatan dan kemakmuran. Wajik biasanya diselipkan dalam hantaran atau sajian untuk tamu sebagai simbol agar kehidupan rumah tangga tetap manis, meski diuji oleh waktu.

12. Lemper

Source: wikimedia

Lemper adalah ketan berisi abon atau daging, dibungkus daun pisang. Filosofinya berasal dari akronim Jawa “yen dielem atimu ojo memper” yang berarti jika dipuji jangan sombong. Makna ini menjadi pengingat bagi pasangan untuk selalu menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan rumah tangga. Ketan yang lengket tetap melambangkan ikatan, sementara isi daging atau abon menjadi simbol rezeki yang manis dan kejutan indah dalam rumah tangga.

13. Getuk

Getuk terbuat dari singkong yang dihancurkan dan diberi pewarna dalam berbagai jenis. Dalam pernikahan, getuk melambangkan kehidupan rumah tangga yang penuh warna, sederhana, tapi menyenangkan. Singkong sebagai bahan utama melambangkan kesederhanaan, sementara rasa manisnya menjadi harapan agar kebahagiaan tetap bisa dirasakan meski dalam kehidupan yang sederhana.

14. Klepon

Klepon adalah bola ketan berisi gula merah cair yang dilapisi parutan kelapa. Filosofinya sangat manis, yaitu kebahagiaan sejati yang terkadang sederhana, tapi penuh kejutan di dalamnya, seperti gula merah yang meledak saat digigit. Parutan kelapa melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Dalam pernikahan, klepon menjadi doa agar rumah tangga selalu penuh kejutan manis dan rezeki yang cukup.

15. Lapis legit

Lapis legit dengan banyak lapisan melambangkan kesabaran dan ketelatenan dalam membangun rumah tangga. Membuat lapis legit butuh waktu dan ketekunan, sama seperti proses menjaga pernikahan. Setiap lapisan menggambarkan tahap demi tahap kehidupan yang harus dijalani bersama. Rasa rempah yang kaya melambangkan kehangatan, kelimpahan rasa, serta kenikmatan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

16. Madumongso

Madumongso adalah makanan dari ketan hitam yang difermentasi, lalu dimasak dengan gula hingga memiliki rasa yang manis. Proses pembuatannya yang lama melambangkan kesabaran. Cita rasanya yang manis menjadi simbol kebahagiaan yang datang setelah melalui berbagai perjuangan. Dalam pernikahan, madumongso menjadi doa agar pasangan bisa sabar dalam menghadapi ujian dan yakin bahwa hasilnya akan manis jika dijalani bersama.

17. Serabi

Source: wikimedia

Serabi merupakan kue dari tepung beras yang dipanggang dengan santan yang melambangkan kesederhanaan dan kesabaran. Proses memasaknya yang perlahan membuatnya menjadi simbol kesabaran dalam membangun rumah tangga. Serabi yang biasanya manis juga melambangkan doa agar rumah tangga dipenuhi kehangatan dan kebaikan.

18. Sup manten

Isian sup ini terdiri dari wortel, kentang, ayam atau daging, serta jamur salju. Lalu, diberi kuah kaldu yang gurih. Filosofinya, sop manten melambangkan kehangatan dan kemewahan penyambutan bagi para tamu undangan. Kuah bening yang hangat adalah simbol kejernihan hati dan suasana hangat yang diharapkan hadir dalam rumah tangga baru. Isiannya yang beragam mencerminkan harapan agar kehidupan pengantin penuh warna, lengkap, dan saling melengkapi.

19. Sayur kluweh

Sayur kluweh adalah masakan tradisional Jawa Tengah dan Jogja, terbuat dari buah sejenis sukun yang dimasak dengan santan dan bumbu gurih. Dalam pernikahan Jawa, sayur ini biasanya hadir dalam menu hajatan karena dianggap sebagai simbol kesuburan dan keberkahan. Buah kluweh yang besar dan berdaging tebal melambangkan kemakmuran serta ketersediaan pangan yang cukup. Filosofinya, rumah tangga diharapkan selalu “berkluweh” alias berkelimpahan rezeki. Selain itu, tekstur kluweh yang lembut setelah dimasak juga melambangkan kelembutan hati dan keteguhan dalam menghadapi kehidupan rumah tangga.

Itu dia beberapa jenis makanan khas ala pernikahan adat Jawa yang ternyata selain enak, juga memiliki berbagai maknanya masing-masing. Untuk menyediakan berbagai sajian tersebut, kamu perlu memilih vendor catering yang tepat yang bisa kamu cek rekomendasinya di sini.


Cover | Foto via The Bakeology


Artikel Terkait



Artikel Terbaru