Your Smart Wedding Platform

Asam Manis Pernikahan: 10 Nasihat dari Drama Korea 'When Life Gives You Tangerines'

01 Oct 2025 | By Afifah Lania Wedding Market | 83

Di balik kisah cinta manis, pernikahan selalu menyimpan cerita lebih kompleks dan nyata. Sama seperti kisah cinta yang digambarkan di dalam drama Korea When Life Gives You Tangerines. Cerita di dalamnya menghadirkan potret kehidupan rumah tangga yang jarang diangkat secara mendalam oleh drama-drama pada umumnya. Berlatar di Jeju, kisah Ae-sun dan Gwan-sik bukan sekadar perjalanan romantis, tetapi potret perjuangan pasangan yang berusaha bertahan di tengah badai kehidupan. 

Lewat alur yang menghangatkan sekaligus menguras emosi, drama ini menyuguhkan banyak pelajaran tentang bagaimana membangun dan menjaga pernikahan agar tetap kokoh meski diwarnai asam manis kehidupan. 

WeddingMarket mengajak kamu untuk menyelami 10 nasihat pernikahan berharga yang bisa di petik dari drama satu ini. Nasihat ini bisa menjadi bekal sebelum kamu melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan atau sekadar insight baru bagaimana gambaran nyata kehidupan setelah menikah.

1. Cinta Tumbuh dari Masa ke Masa, Bukan Secara Instan


Salah satu pesan paling kuat dari drama When Life Gives You Tangerines adalah bahwa cinta sejati jarang hadir dalam bentuk instan dan dramatis seperti di film romantis kebanyakan. Melalui hubungan Ae-sun dan Gwan-sik, kita melihat bahwa kedekatan dan kehangatan lahir dari interaksi kecil konsisten, kebiasaan sehari-hari, dan kesediaan untuk hadir dalam suka maupun duka.

Mereka tidak langsung ”klik” dengan sempurna, tetapi perlahan membangun kepercayaan dan ikatan emosional lewat kesabaran. Hal ini sering terlupakan dalam pernikahan masa kini. Pasangan cenderung ingin hasil cepat tanpa melalui proses pemahaman mendalam. Padahal, fondasi rumah tangga justru terbentuk dari perjalanan panjang yang diwarnai kompromi, pembelajaran, dan pengalaman bersama.

2. Dukungan Mimpi Pasangan adalah Wujud Cinta


Di dalam When Life Gives You Tangerines, kita diperlihatkan bagaimana Ae-sun punya impian besar menjadi penyair, sedangkan Gwan-sik hadir sebagai sosok tenang yang selalu menopang langkahnya. Kisah ini mengingatkan kita bahwa cinta bukan hanya tentang kata-kata manis, melainkan juga soal ruang dan dukungan nyata bagi pasangan untuk meraih mimpinya. 

Dalam pernikahan, mendukung mimpi pasangan berarti bersedia mendengarkan, memahami prioritasnya, dan ikut mencari jalan agar impian itu bisa terwujud tanpa mengorbankan keseimbangan rumah tangga. Dukungan ini tidak selalu berbentuk materi, bisa berupa dorongan semangat, membantu mengatur waktu, atau sekadar hadir saat pasangan butuh motivasi. Sikap seperti ini menumbuhkan rasa percaya, kedekatan emosional, dan memupuk kebanggaan satu sama lain.

3. Hadapi Asam Manis Kehidupan Pernikahan Bersama-sama


Kehidupan dua pemeran utama di drama ini jauh dari kata sempurna. Mereka harus menghadapi keterbatasan ekonomi, tekanan sosial, dan pergulatan pribadi yang tidak mudah. Namun, hubungan mereka tetap bertahan sampai kematian memisahkan. Hal itu adalah kemauan untuk memikul asam manis kehidupan bersama-sama.

Inilah inti dari pernikahan sebenarnya menyadari kebahagiaan bukan hanya tentang momen manis, tetapi keberanian berdiri di samping pasangan saat badai datang. Menghadapi kesulitan bersama membuat rasa cinta semakin dalam, meningkatkan kepercayaan, dan menumbuhkan kedewasaan emosional di antara suami-istri.

4. Menghargai Perjuangan Kecil Pasangan

Sering kali kita mengira keintiman hanya dibangun lewat momen besar atau kejutan spektakuler. Padahal, dasar kehangatan sebuah hubungan justru terletak pada usaha-usaha kecil yang dilakukan sehari-hari. Menghargai usaha kecil pasangan berarti memperhatikan dan mengapresiasi hal-hal sederhana yang ia lakukan. Bisa dilakukan dengan mengirim pesan penyemangat, menyiapkan makanan, atau sekadar mendengarkan cerita setelah hari panjang.

5. Kejujuran adalah Pilar: Terbukalah Tentang Harapan, Kesulitan, dan Ketakutan


Meskipun terjadi kesalahpahaman setelah kepergian anak mereka, Ae-sun dan Gwan-sik akhirnya memutuskan untuk kembali membuka luka lama untuk mendapatkan keikhlasan yang sesungguhnya. Di sini diperlihatkan bahwa mereka berdua berani terbuka tentang harapan, kesulitan, dan ketakutan masing-masing, meskipun awalnya tidak selalu mudah.

Sikap terbuka ini membuat mereka lebih dekat dan saling menguatkan. Kejujuran yang mereka bangun menjadi kebiasaan berbagi perasaan dengan cara nyaman dan penuh rasa hormat. Dengan begitu, mereka memberi ruang satu sama lain untuk memahami dan mendukung tanpa prasangka. 

6. Ketabahan dan Kesetiaan Sangat Penting


Dalam sebuah pernikahan, ketabahan dan kesetiaan bukan hanya kata indah, tetapi fondasi membuat hubungan bertahan melewati badai. Drama ini menampilkan bagaimana karakter utamanya tetap berdiri teguh di sisi pasangannya, meski diuji oleh jarak, perbedaan mimpi, dan berbagai masalah keluarga.

Terutama ketika mereka dilanda masalah ekonomi. Ae-sun setia mendampingi dan Gwan-sik tidak lelah untuk terus berusaha membahagiakan istrinya dengan melakukan pekerjaan apapun. Ketabahan berarti berani menghadapi realitas bersama tanpa mudah menyerah.

Sementara itu, kesetiaan berarti memilih untuk tetap mendukung pasangan, bahkan ketika situasi tidak sempurna. Dalam praktiknya, ketabahan terlihat dari kesediaan mendengarkan saat pasangan sedang jatuh, sementara kesetiaan tampak dari komitmen untuk tidak mencari pelarian di luar hubungan.

7. Berani Menunjukkan Cinta dan Selalu Melindungi Pasangan


Menunjukkan cinta kepada pasangan terdengar sepele, tetapi percayalah hal ini sulit dilakukan bagi beberapa orang. Bahkan, banyak pasangan sebenarnya saling menyayangi, tetapi jarang mengekspresikannya secara nyata. Padahal, ucapan sederhana, sentuhan hangat, atau sikap penuh perhatian justru menjadi ”vitamin” yang membuat hubungan terus hidup.

Menunjukkan cinta bukan berarti lebay, melainkan memberi sinyal jelas bahwa pasangan kita berharga dan dicintai setiap hari. Begitu juga dengan melindungi. Ini bukan soal posesif atau membatasi, melainkan hadir sebagai tempat mana bagi pasangan. Kombinasi ekspresi cinta tulus dan rama aman yang konsisten inilah batu bata pertama fondasi kekokohan rumah tangga.

8. Selalu Bersyukur Terhadap Hal-hal Kecil

Kebahagiaan rumah tangga tumbuh dari hal-hal kecil yang konsisten hadir setiap hari. When Life Gives You Tangerines menunjukkan sikap bersyukur terhadap momen sederhana seperti sarapan bersama, pesan singkat penuh perhatian, menerima setiap pemberian hadiah kecil, atau senyum setelah hari melelahkan.

Dengan terbiasa menghargai hal-hal kecil, kita dan pasangan belajar untuk tidak menganggap remeh kebersamaan. Sikap ini juga membantu meredam ekspektasi berlebihan, sehingga hubungan terasa lebih ringan, tidak penuh tuntutan.

9. Menjadi Teladan Pernikahan Ideal untuk Anak


Siap menjadi teladan pernikahan bagi anak. Orang tua adalah ”guru kehidupan” bagi anaknya – memberi contoh dan pelajaran. Menjadi teladan pernikahan ideal berarti memperlihatkan kepada anak bahwa hubungan yang sehat adalah seperti rumah tangga orang tuanya. 

Anak belajar bukan dari kata-kata saja, melainkan lewat apa yang mereka lihat setiap hari. Bagaimana cara ayah dan ibu menyelesaikan konflik dengan tenang, saling mendukung impian masing-masing, dan menunjukkan kasih sayang setiap hari. Dengan pola ini, anak akan memiliki standar baik dalam mencari pasangan dan membangun rumah tangga mereka sendiri kelak.

10. Mengajarkan Anak untuk Menghargai dan Menyayangi Diri Sendiri


Ae-sun dan Gwan-sik di dalam drama When Life Gives You Tangerines, memberi ruang agar anak mereka mengenal dan menghargai dirinya sendiri. Mengajarkan anak untuk menyayangi bukan bermaksud memanjakan, tetapi menanamkan kesadaran bahwa mereka berharga dan punya hak untuk diperlakukan dengan hormat.

Anak belajar bahwa mencintai diri sendiri berarti mengenali kebutuhan, menjaga kesehatan mental, dan selalu berani mengatakan ”tidak” pada perlakuan yang merugikan. Dengan cara ini, anak tumbuh lebih percaya diri, tahu batasan, dan lebih selektif dalam memilih lingkungan atau pasangan hidup. Itulah hadiah terbesar dari orang tua untuk anak-anaknya.

Setiap nasihat dari When Life Gives You Tangerines seolah mengingatkan bahwa pernikahan bukan sekadar cerita cinta dua orang, tetapi juga ruang belajar bagi anak-anak tentang arti hubungan yang sehat. Jadi, mari mulai dari hal-hal kecil hari ini untuk menciptakan warisan cinta terbaik bagi generasi berikutnya.

Biar cerita cintamu tak kalah indah dari drama, pastikan semua persiapan pernikahanmu berjalan lancar. WeddingMarket siap mendampingi dengan inspirasi dan pilihan vendor terpercaya


Foto via IMDb


Artikel Terkait



Artikel Terbaru