Your Smart Wedding Platform

Jejak Budaya Asing dalam Busana dan Tradisi Pernikahan Adat Betawi

11 Jul 2025 | By Fanny Gustiana Wedding Market | 16

Pernikahan adat Betawi dikenal dengan ragam tradisi dan prosesi yang khas. Saat mendengar tentang pengantin Betawi, kamu mungkin langsung teringat pada roti buaya, tradisi balas pantun, serta busana pengantin yang mencuri perhatian. Lalu, dari manakah tradisi ini berasal?

Pada kesempatan kali ini, kami akan mengajak kamu untuk mengulik awal mula tradisi pengantin adat Betawi yang dipengaruhi oleh berbagai budaya dan agama. Penasaran? Yuk, simak ulasannya!

Pengantin Adat Betawi

Suku Betawi merupakan suku asli Jakarta yang biasanya bertempat tinggal di wilayah DKI Jakarta dan sebagian wilayah Banten dan Jawa Barat. Lokasi mereka yang berdekatan dengan Pelabuhan Sunda menjadi pintu pembuka untuk bertemu dan berakulturasi dengan budaya lain. Hal ini sudah dimulai sejak abad ke-17 di mana banyak kapal dagang dari Cina, Arab, hingga Eropa yang singgah ke pelabuhan besar ini.

Pada akhirnya, perkawinan antar suku dan budaya pun tidak terelakkan. Inilah yang membuat upacara pengantin adat Betawi tidak hanya unik, namun menjadi kaya makna filosofis. Tidak hanya pengaruh budaya saja, namun agama juga turut mengambil andil yang besar dalam prosesi pernikahan adat Betawi, loh!

Akulturasi Budaya dalam Pengantin Adat Betawi

Berikut adalah daftar akulturasi budaya dan agama yang bisa kamu lihat dalam prosesi pernikahan adat Betawi:

1. Pengaruh Budaya Tionghoa

Fotografi: By My Sight

Bangsa Cina dikenal sebagai pedagang. Tidak hanya di negerinya sendiri, namun juga ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Pedagang Cina mulai datang ke Nusantara, yang saat ini termasuk wilayah Indonesia jauh sebelum era kolonial. Jika ditelusuri lagi, pedagang Cina sudah melalui jalur perdagangan maritim sejak abad ke 5 Masehi. Namun ada juga beberapa catatan sejarah yang menyebutkan bahwa pedagang Tiongkok mulai mengunjungi wilayah Nusantara di abad ke-7.

Dari sejarah di atas, pengaruh budaya Tionghoa menjadi cukup besar dalam pernikahan adat Betawi, diantaranya adalah:

a. Busana Pengantin Wanita

Kebaya encim yang digunakan oleh pengantin wanita adat Betawi ini diadaptasi dari budaya Tionghoa. Kata encim dalam bahasa Hokkien memiliki arti “bibi”. Model potongannya sendiri longgar dengan kerah bulat khas busana Tiongkok. Kebaya ini dipadukan dengan kain batik yang dilengkapi sulaman benang emas, yang memberikan kesan sederhana namun tetap mewah. Kebaya encim sendiri menjadi simbol kemewahan dan menunjukkan status sosial yang tinggi pada masanya.

Tidak hanya itu saja, penggunaan kembang goyang pada sanggul pengantin wanita juga mirip dengan hiasan kepala pada pengantin wanita Tionghoa. Ornamen ini sendiri melambangkan doa kepada pengantin agar selalu sejahtera dan subur. Elemen busana lainnya, seperti penggunaan cadar dan motif burung hong (phoenix), menunjukkan adanya pengaruh kuat dari budaya Tionghoa.

b. Tradisi Seserahan

Selanjutnya ada budaya seserahan di mana keluarga mempelai pria membawakan hantaran berupa makanan manis, buah, hingga perlengkapan lain. Tradisi ini juga dipengaruhi oleh budaya Tionghoa yang merupakan simbol keberuntungan.

c. Petasan

Upacara pernikahan adat Betawi terasa kurang lengkap tanpa kehadiran suara meriah dari petasan. Ternyata, hal ini juga menjadi salah satu pengaruh budaya Tionghoa, loh! Dalam budaya Tionghoa, petasan dinyalakan sebagai simbol untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Petasan juga melambangkan sambutan untuk keberuntungan, sebagaimana yang dimaknai dalam perayaan Tahun Baru Imlek.

d. Menyajikan Mie

Mie merupakan masakan khas masyarakat Tionghoa yang dinikmati sehari-hari maupun untuk hari perayaan seperti pernikahan. Mie merupakan salah satu hidangan yang kerap disajikan dalam resepsi pernikahan adat Betawi. Mie ini sendiri melambangkan umur panjang dan harapan yang baik bagi pasangan pengantin adat Betawi.

e. Musik dan Tarian

Seperti upacara pernikahan adat pada umumnya, prosesi pernikahan adat Betawi juga diiringi dengan musik serta ada penampilan tarian daerah. Resepsi pernikahan Betawi umumnya menggunakan orkes Gambang Kromong yang memainkan lagu dengan nuansa Tionghoa. Selain itu juga menampilkan Tarian Cokek, yang berasal dari bahasa Hokkien yaitu "chiou-khek" yang artinya menyanyi.

2. Pengaruh Budaya Arab

Foto via Sista Decoration

Pedagang Arab mulai datang ke Indonesia sekitar abad ke-7 di pesisir Sumatera dan Selat Malaka. Tidak hanya berdagang saja, bangsa Arab pun turut menyebarkan agama Islam yang memiliki pengaruh besar dalam prosesi pernikahan adat Betawi, diantaranya adalah:

a. Pakaian Pengantin Pria

Jika budaya Tionghoa mempengaruhi busana pengantin wanita, maka budaya Arab mempengaruhi busana pengantin adat Betawi pria. Hal ini bisa dilihat dari Dandanan Care Haji. Pakaian adat ini terdiri dari jubah panjang berbahan beludru dengan warna cerah seperti merah atau kuning keemasan. Jubah ini dihiasi dengan benang emas.

Pakaian ini kemudian dilengkapi dengan penutup kepala berbentuk sorban yang dikenal dengan nama alpie. Pasangan busana ini biasa dikenakan oleh pria Arab. Busana ini sendiri melambangkan keanggunan, kemuliaan, dan kesakralan pernikahan. Warna-warna cerah yang digunakan melambangkan kebahagiaan dan keberkahan bagi pasangan pengantin dalam pernikahan adat Betawi.

b. Prosesi Pernikahan

Budaya Arab lain yang diserap dalam pernikahan adat Betawi adalah dalam prosesinya. Mulai dari akad, pembacaan ayat suci Al Quran, pembacaan doa, hingga penyerahan mahar. Semua prosesi ini merupakan pengaruh budaya Arab.

3. Pengaruh Budaya Melayu

Foto via The Sasongko Wedding Organizer

Melayu pun memiliki pengaruh yang signifikan dalam pernikahan adat Betawi. Salah satu contohnya adalah penggunaan pantun sebagai dialog antara keluarga pengantin adat Betawi pria yang meminta izin kepada keluarga pengantin wanita untuk meminang putri mereka. Tradisi ini disebut juga sebagai palang pintu.

Pantun ini sendiri berisi banyak petuah, nasihat, dan doa yang ditujukan kepada kedua mempelai dan keluarganya. Isi dari pantun sendiri biasanya berupa pengingat dan harapan agar kedua mempelai bisa membangun keluarga yang harmonis dan langgeng.

4. Pengaruh Budaya Eropa

Foto via Rinaldy Yunardi

Meskipun pengaruh budaya Eropa tidak terlihat secara dominan sebagaimana pengaruh Tionghoa, Arab, dan Melayu, namun ada beberapa warisan kolonial yang terasa dalam acara pernikahan adat betawi. Salah satu contohnya adalah pemakaian jas tutup atau jas formal. Pengantin adat Betawi pria biasanya akan mengenakan baju sadariah yang dibalut dengan jas tutup. Nah, jas tutup ini terinspirasi dari model jas ala Eropa di masa kolonial.

Pengaruh budaya Eropa berikutnya bisa dilihat dari alas kaki. Orang Betawi sebelum masa kolonial cukup mengenakan sandal, selop, hingga bertelanjang kaki. Namun sejak masa pemerintahan Belanda, pemakaian sepatu pantofel menjadi simbol status sosial. Hal ini akhirnya diadaptasi oleh masyarakat Betawi kalangan ningrat atau keluarga berada, dan digunakan hingga prosesi pernikahan adat Betawi modern.

5. Pengaruh Agama Hindu

Foto via Kiswah Wedding

Siapa sangka, ternyata agama Hindu juga memiliki peran besar dalam upacara pernikahan Betawi, loh. Coba tebak, apa makanan khas yang diberikan oleh calon pengantin adat Betawi pria kepada calon pengantin wanita? Benar sekali, sepasang roti buaya.

Umat Hindu memiliki kepercayaan pada kesaktian hewan, salah satunya adalah buaya. Roti ini melambangkan kesetiaan karena buaya jantan hanya kawin atau memiliki satu pasangan saja seumur hidupnya. Roti buaya juga menjadi simbol kekuatan, ketahanan, dan komitmen dalam ikatan pernikahan.

Tidak hanya itu saja, ternyata buaya juga erat kaitannya dengan masyarakat Betawi itu sendiri. Konon, beberapa sungai di daerah Betawi dihuni oleh sepasang buaya putih yang dipercaya punya cerita mistis tersendiri. Sungai ini diantaranya adalah Kali Pondok Labu, Pesanggrahan, Krukut, Cideng, dan Ancol. Memberikan roti buaya ini juga menjadi lambang untuk memohon perlindungan dari kekuatan gaib.

Nah, itu dia ulasan seru tentang bagaimana perpaduan budaya membentuk prosesi pernikahan adat Betawi yang unik. Di balik setiap tradisinya, tersimpan makna filosofis yang sarat akan doa dan harapan baik bagi kedua mempelai. Yuk, kepoin juga artikel lainnya seputar upacara pernikahan adat dari suku lain di seluruh Indonesia hanya di WeddingMarket!

Cover | Fotografi: By My Sight


Artikel Terkait



Artikel Terbaru