Your Smart Wedding Platform

Tata Cara dan Filosofi Prosesi Pernikahan Adat Jawa, Mulai dari Hajatan sampai Kirab Pengantin

11 Mar 2023 | By Afifah Lania Wedding Market | 2479
Fotografi: Republik Gambar Official

Sama seperti prosesi pernikahan adat lainnya, rangkaian ritual menikah dengan adat Jawa juga melalui perjalanan panjang. Namun, banyaknya prosesi pernikahan yang harus dilalui bukan tanpa arti apapun. Setiap rangkaiannya memiliki makna mendalam dan membuat momen pernikahan semakin hikmat.

Semua rangkaian pernikahan yang harus dilalui memiliki filosofi dan tata caranya masing-masing. Sebelum kamu dan pasangan memutuskan untuk menggunakan konsep Jawa di pernikahan nanti, kamu harus memahami bagaimana makna, tata cara, dan filosofi dari setiap rangkaiannya.

Melakukan puasa kejawen 

Fotografi: Alvin Photography

Sebelum memulai prosesi pernikahan adat Jawa yang panjang, biasanya kedua pasangan melakukan puasa kejawen. Puasa kejawen lebih dikenal dengan puasa mutih. Selama berpuasa, kedua calon mempelai tidak dibolehkan mengonsumsi makanan dan minuman selain berwarna bening atau putih. Puasa kejawen dapat dilakukan hingga 40 hari, tetapi tidak disarankan oleh medis karena berisiko menyebabkan kedua calon pengantin kekurangan gizi.

Jadi, puasa kejawen dapat dilakukan minimal selama tiga hari agar nantinya kedua mempelai memiliki stamina yang baik ketika hari pernikahan tiba. Waktu melakukannya juga berbeda, puasa kejawen dilakukan mulai pukul 18.00 sampai di pukul yang sama keesokan harinya. Tata caranya yang tidak jauh berbeda dengan puasa biasanya, dimulai dari sahur, membaca niat, berpuasa, dan menyegerakan waktu berbuka ketika sudah pukul 18.00 sore.

Puasa kejawen atau puasa mutih dalam adat Jawa memiliki maknanya tersendiri. Sesuai dengan namanya, “mutih” berarti putih yang identik dengan lembut, suci, dan bersih. Dengan melakukan puasa kejawen, diharapkan kedua pengantin dapat menyucikan dan memperbarui diri menuju pernikahan nantinya. Puasa kejawen juga menyiratkan doa agar pernikahan diberi keberkahan dan kelancaran hingga acara selesai.

Setelah puasa kejawen dilakukan, kedua pengantin bisa memulai prosesi pernikahan adat Jawa untuk mengikat janji suci keduanya.

Prosesi dan ritual hajatan adat Jawa

Fotografi: Republik Gambar Official

Terdapat prosesi hajatan sebelum melangsungkan hari pernikahan agar kedua keluarga calon mempelai mendapatkan keberkahan dan acara dilancarkan tanpa ada kendala yang berarti. Kedua keluarga dari calon mempelai akan melewati sembilan prosesi hajatan adat Jawa sebelum pernikahan.

  • Pasang tratag dan tarub

  • Salah satu persiapan pernikahan adat Jawa yang dilakukan adalah melakukan pemasangan dekorasi tenda (tratag) dan menggantungkan janur atau daun kelapa muda (tarub) di depan pintu masuk. Tujuan pemasangan tratag dan tarub untuk memberi kabar bahagia pernikahan ke semua orang yang melihatnya, khususnya lingkungan sekitar.

    Pemasangan janur kuning melengkung memiliki makna kedua mempelai meminta cahaya ke Maha Pencipta agar pernikahan mereka diberikan keberkahan dan kemakmuran. 

  • Kembar mayang

  • Dekorasi kembar mayang merupakan salah satu persiapan penting karena dengan adanya rangkaian akar, batang, daun, dan bunga setinggi badan orang dewasa ini, kedua mempelai mendapatkan motivasi dan kebijaksanaan untuk melalui bahtera rumah tangga nantinya.

    Fotografi: Vanilalatte Photo

  • Pasang tuwuhan

  • Tuwuhan dipasang sebagai pintu masuk yang di tiap tiangnya digantungkan satu sisir pisang raja sebagai doa agar keduanya segera diberikan momongan. Selain pisang raja, tiang tuwuhan dihiasi dengan cengkir gading, daun randu, tebu wulung, dan dedaunan lain di sekelilingnya.

  • Siraman

  • Fotografi: Alvin Photography

    Setelah dekorasi selesai, mempelai wanita akan menjalani acara siraman untuk membersihkan diri sebelum prosesi pernikahan dilangsungkan. Calon pengantin wanita akan mendapatkan tujuh siraman. Tujuh dalam bahasa Jawa yaitu “pitu” yang bermakna pitulungan (pertolongan). Acara siraman akan dilakukan satu atau dua hari sebelum akad.

  • Dodol dawet

  • Salah satu prosesi unik di pernikahan adat Jawa adalah penjualan dawet kepada para tamu undangan. Namun, tidak menjual seperti biasanya, pembeli atau tamu undangan cukup membayar dengan kreweng atau pecahan tembikar dari tanah liat yang sudah disediakan.

    Kreweng merupakan gambaran kehidupan manusia yang berasal dari tanah dan dawet akan dijual oleh ibu dari mempelai wanita. Ayah mempelai wanita juga mendapatkan peran dalam prosesi ini, ia bertugas memayungi si Ibu. Dodol dawet memberikan arti mendalam bahwa di dalam pernikahan, kedua pasangan harus saling bekerja sama untuk membina rumah tangga.

    Foto: Morden via Mamie Hardo

  • Potong tumpeng

  • Mungkin prosesi potong tumpeng sudah biasa dilakukan, pada pernikahan adat Jawa pun potong tumpeng menjadi salah satu rangkaian yang harus dilalui. Potong tumpeng dilakukan oleh kedua keluarga, karena tumpen merupakan simbol kesejahteraan dan kemakmuran.

  • Dulangan pungkasan

  • Kedua orang tua akan memberikan suapan kepada anak-anaknya sebagai tanda mereka telah melepas keduanya untuk membina sebuah rumah tangga dan hidup berdua bersama. Dulangan pungkasan sebagai tugas terakhir orang tua kepada anak-anaknya.

  • Tanam rambut dan lepas ayam

  • Sebelum menikah, kedua orang tua akan melakukan prosesi untuk melepaskan anak-anaknya yang akan menuju perjalanan hidup baru. Rambut kedua mempelai akan dipotong sedikit dan ditanam untuk menjauhkan mereka dari segala hal buruk dalam pernikahan.

    Setelah itu, orang tua kedua mempelai melepaskan ayam jantan hitam sebagai pertanda keikhlasan melepas kedua anaknya untuk menikah.

  • Midodareni

  • Prosesi terakhir sebelum pernikahan ini yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak wanita. Mereka akan melalui hari bersama keluarga dengan berdandan secantik mungkin mengenakan pakaian adat Jawa. Selama prosesnya, ia akan mendapatkan wejangan dari seluruh keluarga.

    Selain itu, keluarga mempelai pria juga akan hadir dan memberikan seserahan yang sudah disepakati bersama sebelumnya. Seserahan bisa berupa alat kosmetik, buah-buahan, makanan, dan barang-barang kesukaan calon mempelai wanita.


    Selesainya prosesi midodareni, maka berakhirlah rangkaian acara hajatan kamu dan pasangan. Bagaimana? Cukup panjang, kan, rangkaian hajatan pernikahan adat Jawa. Namun, masih ada prosesi pernikahan yang akan kamu lalui. Sudah siap untuk mengikutinya? Yuk, kita sama-sama mengenal apa saja acara puncak pernikahan adat Jawa yang harus dilalui!

    Susunan rangkaian acara puncak pernikahan

    Terdapat enam rangkaian acara puncak pernikahan adat Jawa yang harus dilalui oleh kedua calon mempelai. Keenam rangkaian ini sarat akan makna dan kamu beserta pasangan harus membekali diri dengan pengetahuan bagaimana semua prosesnya akan berlangsung.

  • Upacara pernikahan

  • Pernikahan adat Jawa tidak jauh berbeda dengan upaca lainnya, kedua mempelai akan bertemu penghulu, wali, kedua keluarga, dan tamu undangan untuk mengucap janji suci sehidup semati.

    Keduanya tentu mengenakan pakaian pengantin adat Jawa berwarna putih yang melambangkan kesucian, seperti hakikat pernihakan.

  • Upacara panggih

  • Foto via Vebby Putri/instagram

    Kalau kamu melihat kedua mempelai saling melempar sirih, menginjak telur, dan prosesi unik lainnya, berarti sedang berlangsung upacara panggih. Ada tujuh rangkaian kegiatan yang akan dilakukan.

    • Balangan gantal, kedua mempelai akan saling melempar daun sirih yang telah diikat dengan benang putih. Mempelai pria akan melemparkan daun sirih ke dada pengantinnya, lemparan ini menandakan ia telah menetapkan hatinya memilih istri dihadapannya. Sebaliknya, mempelai wanita melemparkannya ke lutut suami untuk menegaskan ia akan berbakti selama pernikahan mereka.

    • Ngidak endhog atau injak telur, suami akan menginjak telur dan istri bertugas membersihkan kakinya sebagai bentuk kesopanan. Setelah selesai, suami akan membantu istri berdiri untuk memberi penghargaan karena telah bersikap sopan terhadapnya.

    • Sinduran, prosesi ketiga mengharuskan kedua mempelai berjalan bersama dengan kaitan kain putih dan liris merah di belakang mereka. Keduanya saling berpegangan tangan menuju pelaminan.

    • Bobot timang, begitu sampai di pelaminan, kedua mempelai akan duduk di atas pangkuan ayah pengantin wanita. Lalu, sang ibu akan naik ke atas dan bertanya siapa yang lebih berat diantara kedua. Dengan jawaban kedua beratnya sama saja, hal ini menandakan kasih sayang orang tua tidak ada bedanya antara anak dan menantu nantinya.

    • Minum air degan, melambangkan air kehidupan, degan akan diminum oleh seluruh keluarga mempelai dari satu gelas saja.

    • Kacar kucur, mempelai pria akan menuangkan uang receh dan biji-bijian ke tangan istri. Kucuran uang dan biji-bijian ini melambangkan kewajiban suami untuk memberi nafkah.

    • Dulang-dulangan, prosesi ini merupakan rangkaian terakhir di upacara singgih. Keduanya akan saling menyuapi sebanyak tiga kali dengan doa mereka dapat hidup rukun, pengertian, dan saling menolong.

  • Bubak kawah

  • Tradisi bubak kawah merupakan prosesi paling ditunggu-tunggu, karena inilah yang membuat pernikahan tambah meriah. Sayangnya, bubak kawah hanya dilakukan pada saat orang tua mendapatkan mantu pertama. Tradisi ini sebagai rasa syukur kedatangan mantu pertama di keluarga mereka.

    Kegiatan dimulai ketika bubak kawah sudah dipukul berkali-kali, para tamu undangan dan keluarga dipersilahkan untuk berebut berbagai peralatan dapur yang diletakkan secara acak di area pernikahan.

    Foto via Winona Amanda/instagram

  • Tumplek punjen

  • Sebagai penyempurna tugas akhir kedua orang tua dilakukan tumplek punjen. Prosesi ini dilakukan dengan menumpahkan beras berwarna kuning sebagai tanda kedua orang tua telah menyelesaikan tugas mereka menjaga dan mengurus anaknya dengan baik.

  • Sungkeman

  • Dalam setiap pernikahan, sungkeman salah satu hal yang wajib dilakukan. Kedua mempelai akan meminta izin dengan bersembah di kaki orang tua mereka. Selain memohon izin, sungkeman dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan terima kasih atas segala kasih sayang orang tua yang telah mereka terima.

  • Kirab pengantin

    Kirab pengantin menjadi rangkaian terakhir upacara pernikahan adat Jawa, kedua mempelai berjalan meninggalkan pelaminan untuk berganti busana.

  • Fotografi: Republik Gambar Official

    Itu dia rangkaian pernikahan adat Jawa dari hajatan hingga kirab pengantin yang harus kamu ketahui sebelum mempersiapkan pernikahan. Dengan mengetahui semua hal tersebut, kamu bisa mempersiapkan diri dan mental untuk melalui semua rangkaian acaranya.

    Panjangnya rangkaian pernikahan adat Jawa merupakan bentuk doa-doa baik yang akan tercurahkan ke kehidupan rumah tangga kedua mempelai. Jadi, jangan sampai ada rangkaian yang dilewatkan, ya! Nantinya, setiap prosesi akan menjadi kenangan manis pernikahan yang akan selalu diingat. Selamat menikah!


    Artikel Terkait



    Artikel Terbaru