Dalam tradisi pernikahan adat Batak, terdapat banyak tahapan yang harus dilalui oleh calon pengantin untuk mengesahkan ikatan perkawinan, dan salah satu tahapan yang sangat penting adalah Martumpol.
Martumpol, yang dibaca "martuppol", merupakan bagian dari prosesi pernikahan adat Batak, khususnya untuk pasangan yang beragama Kristen. Acara ini sangat berarti karena di dalamnya terjadi perjanjian formal antara kedua calon pengantin di hadapan pendeta gereja dan jemaat gereja, yang menjadi saksi dari ikrar suci mereka.
Pada acara Martumpol, kedua calon pengantin secara terbuka membacakan ikrar yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan asmara dengan orang lain selain pasangan yang akan mereka nikahi. Hal ini menunjukkan komitmen yang jelas dan tegas dari kedua pihak untuk menjalani kehidupan berkeluarga dengan penuh tanggung jawab dan kesetiaan. Ikrar tersebut juga memiliki makna spiritual yang mendalam, karena dilakukan di hadapan Tuhan dan jemaat, yang menjadi saksi dalam rangkaian proses sakral pernikahan adat Batak.
Nah, buat kamu calon pengantin Batak, atau kamu yang ingin tahu seluk-beluk tradisi Martumpol, yuk simak artikel ini sampai selesai!
Martumpol Hanya untuk Pengantin yang Menganut Protestan
Apakah tradisi Martumpol selalu ada di setiap pernikahan orang Batak? Jawabannya: tidak, karena tradisi ini hanya dilakukan oleh pengantin Batak yang beragama Kristen protestan, terutama masyarakat keturunan Batak Toba. Sementara itu, suku Batak sendiri begitu luas dengan berbagai sub-suku yang memiliki ragam tradisi masing-masing.
Martumpol sendiri merupakan inovasi yang diperkenalkan oleh para penginjil yang datang ke daerah Batak. Sebagai bagian dari adat Batak Kristen, Martumpol hanya dilakukan oleh pasangan yang menganut agama Protestan, khususnya dalam lingkungan gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan).
Upacara ini biasanya dilakukan di gereja atau di rumah yang telah dikukuhkan oleh pendeta. Peran gereja dalam pernikahan adat Batak Kristen sangat penting, karena gereja menjadi tempat yang sah untuk melangsungkan Martumpol dan memberi pengesahan terhadap hubungan calon pengantin.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Martumpol tidak berlaku bagi pasangan yang beragama Katolik. Sebagai gantinya, bagi pasangan yang beragama Katolik, tahapan yang harus dilalui adalah Marpudun Saut, yang merupakan proses adat pernikahan yang berbeda.
Selanjutnya, mari kita menggali makna tradisi pra nikah yang begitu penting bagi masyarakat adat Batak ini. Di sisi lain, ada pula yang menyamakan tradisi Martumpol dengan pertunangan. Apakah keduanya sama? Yuk, kita cari tahu.
Makna Martumpol dalam Konteks Adat Batak
Secara harfiah, Martumpol berasal dari bahasa Batak yakni “tumpol”, artinya "ikat" atau "janji". Upacara ini adalah momen resmi di mana pasangan calon pengantin mengikat janji pernikahan di hadapan keluarga dan gereja. Ini adalah simbol komitmen yang sangat serius dari kedua belah pihak untuk membangun kehidupan bersama. Biasanya, acara Martumpol melibatkan doa bersama dan pemberkatan yang dipimpin oleh pendeta, memberikan berkah bagi pasangan yang akan menikah.
Perbedaan utama antara Martumpol dengan tunangan dalam budaya lainnya adalah bahwa Martumpol lebih mengutamakan elemen religius dan adat yang lebih kuat. Meskipun tunangan dalam budaya lain juga merupakan tahapan penting sebelum pernikahan, Martumpol memiliki unsur yang lebih formal dan sakral karena dilakukan di gereja, di hadapan Tuhan, keluarga, dan jemaat. Ini adalah bagian dari perayaan dan penghormatan terhadap tradisi Batak yang telah diwariskan turun-temurun.
Proses dan Kehadiran Keluarga dalam Martumpol
Acara Martumpol umumnya dihadiri oleh kedua orang tua dari calon pengantin, keluarga besar, serta jemaat gereja yang turut serta sebagai saksi dalam prosesi sakral ini. Karena acara ini biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba Kristen, maka gereja menjadi tempat utama untuk menyelenggarakan Martumpol, meskipun ada juga yang memilih untuk melaksanakannya di rumah yang telah disahkan oleh pendeta.
Acara Martumpol sering kali berlangsung selama berhari-hari secara berturut-turut, biasanya 15 hari atau lebih, dan dilakukan sebelum upacara pemberkatan dan pesta adat pernikahan. Salah satu ciri khas Martumpol adalah berita jemaat atau Tingting, yang dibacakan dalam ibadah minggu. Proses ini dilakukan minimal dua kali selama dua minggu ibadah berturut-turut, sehingga seluruh jemaat gereja dapat mengetahui rencana pernikahan kedua calon mempelai.
Hal ini memberikan kesempatan bagi jemaat atau masyarakat untuk mengajukan keberatan jika mereka mengetahui adanya hubungan asmara yang belum terselesaikan antara calon pengantin, atau jika terdapat masalah lain yang perlu dipertimbangkan sebelum melanjutkan pernikahan.
Tahapan Martumpol: Doa, Nyanyian, dan Pembacaan Surat Perjanjian Nikah
Dirangkum dari Jurnal Pendidikan Tambusai (Volume 8 Nomor 2 Tahun 2024), prosesi Martumpol dimulai dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh pendeta. Setelah doa, jemaat diajak untuk bernyanyi bersama, mengiringi suasana suka cita dengan kidung jemaat dan votum yang sesuai dengan gereja masing-masing. Setelah itu, kedua calon mempelai diundang untuk berdiri di depan jemaat, dan dimulai dengan pembacaan surat perjanjian nikah yang dipimpin oleh pendeta.
Surat perjanjian nikah ini dibacakan oleh kedua mempelai, dimulai dengan mempelai pria. Isi surat tersebut menyatakan komitmen mereka untuk melangsungkan pernikahan kudus sebagai keluarga Kristen, saling mengasihi, dan tidak akan bercerai kecuali oleh kematian. Surat ini juga menegaskan bahwa tidak ada hubungan asmara dengan pihak lain dan menekankan pentingnya menyelesaikan masalah yang ada sebelum pemberkatan pernikahan.
Kesiapan Calon Pengantin dan Pertanyaan-Pertanyaan Penting
Setelah surat perjanjian dibacakan, pendeta memastikan kesiapan kedua calon pengantin untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Pendeta bertanya apakah mereka sudah memahami isi dari surat perjanjian tersebut. Jika ada hal yang belum dipahami, pendeta akan memberikan penjelasan lebih lanjut agar kedua mempelai benar-benar mengerti makna dari perjanjian yang mereka ikrarkan.
Pendeta juga akan menanyakan beberapa pertanyaan yang sangat penting, seperti:
Pertanyaan tentang: apakah calon mempelai laki-laki mengenal wanita lain selain calon memmpelai wanita.
Pertanyaan tentang: apakah calon mempelai wanita mengenal laki-laki lain selain calon memmpelai pria.
Pertanyaan tentang: apakah kedua mempelai masih memiliki cinta kepada orang lain selain pasangannya.
Jika kedua mempelai menjawab dengan tegas bahwa tidak ada ikatan dengan orang lain, maka acara Martumpol dapat dilanjutkan. Pendeta kemudian memberikan doa untuk mempersatukan cinta pasangan agar tetap utuh sampai maut memisahkan, dan berdoa agar mereka membangun rumah tangga yang bahagia dan diberkati.
Pertanyaan untuk Keluarga
Tidak hanya kepada kedua mempelai, pendeta juga akan bertanya kepada keluarga besar dari kedua belah pihak, yakni keluarga mempelai pria (Paranak) dan keluarga mempelai wanita (Parboru). Pertanyaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kedua keluarga memberikan restu dan tidak ada keberatan terhadap pernikahan yang akan dilangsungkan.
Setelah kedua keluarga menyatakan persetujuan, maka dilanjutkan dengan penandatanganan surat perjanjian nikah yang melibatkan kedua mempelai, orang tua mereka, serta saksi dan majelis gereja yang hadir.
Simbol Cinta Abadi: Pemasangan Cincin
Salah satu momen yang penuh makna dalam Martumpol adalah pemasangan cincin pernikahan. Cincin, yang tidak memiliki awal atau ujung, menjadi simbol dari cinta yang tak terputus dan kekal, yang akan terus terjalin antara kedua mempelai sepanjang hidup mereka. Pemasangan cincin diiringi dengan janji untuk mencintai satu sama lain seumur hidup.
Setelah pemasangan cincin, kedua mempelai saling bersalaman sebagai simbol pengesahan ikatan suci mereka. Acara dilanjutkan dengan nyanyian pujian, doa, dan khotbah yang menambah kedalaman makna dari pernikahan ini.
Penutupan Acara Martumpol
Setelah doa dan khotbah, acara ditutup dengan pengumpulan persembahan yang menjadi bagian dari ritual keagamaan dalam Martumpol. Sebagai penutupan, kedua keluarga mengucapkan terima kasih dan doa agar Tuhan memberkati pernikahan yang akan segera berlangsung.
Martumpol adalah salah satu tahapan penting dalam pernikahan adat Batak, yang bukan hanya mengikat kedua mempelai dalam hubungan suci, tetapi juga melibatkan keluarga dan gereja dalam proses pernikahan. Prosesi ini penuh dengan makna dan simbolisme, yang menjadi dasar kuat bagi pasangan untuk memulai kehidupan baru bersama-sama.
Pentingnya Martumpol dalam Pernikahan Adat Batak
Bagi pasangan yang menjalani pernikahan adat Batak, Martumpol menjadi langkah yang tidak bisa dilewatkan. Proses ini bukan hanya formalitas, tetapi juga merupakan bagian dari komitmen spiritual dan sosial mereka sebagai pasangan yang akan membangun kehidupan bersama. Dengan adanya Martumpol, setiap tahapan pernikahan adat Batak semakin terasa penuh makna, mempererat hubungan antara calon pengantin, keluarga besar, dan jemaat gereja, serta membangun fondasi yang kuat untuk kehidupan berkeluarga.
Martumpol tidak hanya menghubungkan calon pengantin dengan Tuhan, tetapi juga memperkenalkan mereka kepada masyarakat yang lebih luas, memberi kesempatan untuk saling mengenal dan menyaksikan janji suci yang diikrarkan. Melalui acara ini, pernikahan adat Batak menjadi semakin kaya akan makna, simbol, dan tradisi yang terus dipertahankan dari generasi ke generasi.
Secara keseluruhan, Martumpol bukan hanya sekadar acara adat, tetapi juga merupakan bentuk komitmen serius dari kedua calon pengantin untuk menjalani kehidupan pernikahan yang penuh tanggung jawab. Ini adalah langkah awal yang penuh makna, yang mengikat pasangan dengan janji setia di hadapan Tuhan dan orang-orang terdekat mereka. Martumpol menjadi simbol bahwa pasangan tersebut siap untuk memulai babak baru dalam hidup mereka dengan penuh kesungguhan dan niat baik.
Jika kamu sedang merencanakan pernikahan adat Batak dan ingin memastikan seluruh prosesi berjalan lancar, pastikan untuk menghubungi penyedia layanan yang berpengalaman dalam pernikahan adat. WeddingMarket dapat membantumu dalam merencanakan setiap detail pernikahan adat Batak, termasuk tahapan Martumpol yang tak terlupakan ini.
Cover | Fotografi: Parto Photo | Sumber referensi: jptam.org