Your Smart Wedding Platform

Apa Kata Mitos Tentang Pernikahan di Bulan Suro? Yuk, Cari Tahu!

02 Oct 2024 | By Dea Vinta Wedding Market | 234
Fotografi oleh Morden

Pernikahan selalu menjadi momen yang sangat dinantikan oleh setiap pasangan. Dari mulai memilih gaun pengantin, memesan gedung, hingga menyusun daftar tamu, banyak hal yang harus dipersiapkan agar hari spesial itu berjalan sempurna. Tapi, pernahkah kamu mendengar tentang larangan menikah di bulan Suro? Bagi sebagian orang, terutama yang berasal dari Jawa, mitos pernikahan di bulan Suro dianggap sebagai hal yang sangat serius.

Katanya, menikah di bulan Suro bisa membawa kesialan. Ada yang bilang pernikahan yang dilakukan di bulan ini bisa mendatangkan konflik, kerugian, bahkan hal-hal mistis yang tak diinginkan. Mungkin, jika kamu adalah seseorang yang tumbuh besar dengan tradisi Jawa, larangan ini sudah tidak asing lagi di telingamu.

Tapi tunggu dulu, apakah mitos ini benar adanya? Atau hanya sekedar kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi tanpa dasar yang jelas? Di artikel ini, kita akan membahas lebih jauh tentang mitos pernikahan di bulan Suro, menguak asal-usulnya, hingga melihat bagaimana generasi modern memandangnya. Jadi, kalau kamu sedang merencanakan pernikahan, yuk simak baik-baik artikel ini agar lebih paham sebelum menentukan tanggal bahagiamu!

Apa Itu Bulan Suro?

Fotografi: Morden

Sebelum membahas lebih jauh tentang mitos pernikahan di bulan Suro, kita perlu mengenal dulu apa itu bulan Suro. Bulan Suro adalah bulan pertama dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Dalam tradisi Jawa, bulan ini dianggap sakral, penuh makna spiritual, dan biasanya dijadikan momen untuk melakukan berbagai upacara adat dan ritual keagamaan.

Suro juga dihubungkan dengan penyucian diri, penghormatan kepada arwah leluhur, dan waktu yang tepat untuk melakukan kontemplasi spiritual. Di beberapa daerah di Jawa, bulan Suro identik dengan hal-hal mistis atau supranatural, sehingga muncul kepercayaan bahwa mengadakan acara besar seperti pernikahan di bulan ini bukanlah ide yang baik.

Meskipun bulan Suro sering dikaitkan dengan suasana yang penuh kehormatan dan ketenangan spiritual, justru di sinilah mitos tentang larangan menikah di bulan Suro berkembang. Banyak orang percaya bahwa menikah di bulan ini bisa membawa kesialan, konflik rumah tangga, atau bahkan perceraian di kemudian hari.

Asal-Usul Mitos Pernikahan di Bulan Suro

Foto: Pinterest

Mitos pernikahan di bulan Suro sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Kepercayaan ini berkembang dalam masyarakat Jawa yang sangat menghormati bulan Suro sebagai waktu untuk berintrospeksi dan melakukan ritual spiritual. Namun, dari mana sebenarnya larangan ini berasal?

Beberapa ahli budaya dan sejarah berpendapat bahwa mitos ini berasal dari beberapa faktor utama:

  • Hubungan Bulan Suro dengan Kematian dan Hal Mistis

  • Salah satu alasan utama munculnya mitos pernikahan di bulan Suro adalah karena bulan ini dianggap memiliki hubungan erat dengan kematian dan dunia gaib. Dalam kepercayaan tradisional Jawa, bulan Suro adalah waktu ketika arwah leluhur lebih aktif, dan berbagai makhluk halus diyakini berkeliaran. Hal ini membuat sebagian orang percaya bahwa pernikahan di bulan ini bisa mengundang gangguan dari dunia gaib.

    Bagi masyarakat yang masih memegang erat tradisi ini, menikah di bulan Suro bisa dianggap sebagai tindakan yang kurang bijaksana karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, kesialan dalam pernikahan, konflik keluarga, atau bahkan gangguan dari makhluk halus.

  • Mengganggu Ketenangan Spiritual

  • Bulan Suro adalah waktu yang dikhususkan untuk upacara penyucian diri dan ritual spiritual. Bagi masyarakat Jawa, bulan ini sangat dihormati karena dipercaya sebagai waktu yang sangat sakral. Melangsungkan pesta pernikahan di bulan yang seharusnya tenang dan penuh refleksi dianggap bisa mengganggu keseimbangan spiritual.

    Pernikahan, yang biasanya dirayakan dengan pesta besar, tawa, dan kemeriahan, dianggap tidak sejalan dengan atmosfer bulan Suro yang lebih "hening". Itulah sebabnya, sebagian masyarakat merasa pantang untuk melangsungkan pernikahan di bulan ini.

  • Pengaruh Kolonialisme

  • Selain kepercayaan mistis dan spiritual, beberapa ahli sejarah juga berpendapat bahwa mitos ini mungkin mendapat pengaruh dari masa kolonial Belanda. Pada zaman kolonial, pemerintah Belanda sering melarang masyarakat pribumi mengadakan acara-acara besar pada bulan-bulan tertentu untuk mencegah kerusuhan atau perlawanan. Larangan ini kemudian berkembang menjadi pantangan adat, yang pada akhirnya bertransformasi menjadi mitos pernikahan di bulan Suro yang kita kenal sekarang.

    Fakta atau Mitos, Apa Kata Orang Tua?

    Fotografi: Morden

    Di masyarakat Jawa, terutama generasi yang lebih tua, mitos ini masih sangat dipercaya. Banyak orang tua yang khawatir bahwa menikah di bulan Suro akan membawa nasib buruk bagi pasangan yang berani melanggar pantangan tersebut. Ada beberapa alasan yang biasanya diberikan oleh orang tua ketika menasihati anak-anak mereka untuk tidak menikah di bulan ini:

  • Khawatir Akan Terjadi Musibah

  • Bulan Suro dianggap sebagai bulan "berat", sehingga memulai sesuatu yang besar seperti pernikahan dianggap tidak tepat. Orang tua sering kali khawatir bahwa pernikahan di bulan ini akan membawa berbagai masalah, mulai dari kesialan, konflik rumah tangga, hingga perceraian.

  • Menghormati Tradisi

  • Masyarakat Jawa yang kental dengan tradisi adat tidak ingin melanggar kepercayaan yang sudah ada sejak lama. Bagi mereka, meskipun zaman sudah modern, tetap penting untuk menghormati tradisi nenek moyang. Menikah di bulan Suro dianggap sebagai tindakan yang "menantang" tradisi, dan orang tua seringkali takut bahwa melanggar pantangan ini akan membawa hal-hal buruk.

  • Pengalaman Turun-Temurun

  • Dalam banyak cerita yang beredar, ada kisah tentang pasangan yang mengalami masalah besar setelah menikah di bulan Suro. Mulai dari masalah kesehatan, bisnis yang gagal, hingga konflik rumah tangga yang tidak kunjung selesai. Meskipun cerita-cerita ini belum tentu benar atau bisa dibuktikan secara ilmiah, tetapi bagi banyak orang, kisah-kisah ini menjadi alasan kuat untuk tidak menikah di bulan Suro.

    Namun, penting untuk diingat bahwa hingga kini kepercayaan ini belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebagian besar cerita tentang pernikahan yang gagal di bulan Suro hanyalah berdasarkan pengalaman pribadi atau cerita turun-temurun yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.

    Apa Pandangan Generasi Muda?

    Fotografi: Morden

    Di era modern, generasi muda cenderung lebih skeptis terhadap mitos pernikahan semacam ini. Bagi mereka, menikah di bulan Suro bukanlah hal yang perlu ditakuti atau dihindari. Generasi muda lebih terbuka terhadap informasi global dan budaya luar, sehingga mereka tidak lagi terlalu terikat pada kepercayaan tradisional yang dianggap sudah tidak relevan.

  • Logika dan Pragmatisme

  • Banyak pasangan muda yang lebih mementingkan aspek praktis dalam merencanakan pernikahan, seperti ketersediaan tempat, kesiapan finansial, dan tanggal yang cocok dengan libur panjang. Faktor-faktor praktis ini jauh lebih penting daripada memikirkan mitos pernikahan di bulan Suro. Bagi mereka, selama semuanya siap, maka bulan apa pun adalah waktu yang tepat untuk menikah.

  • Terpengaruh Budaya Global

  • Generasi muda lebih terpapar pada informasi dari berbagai budaya, terutama lewat media sosial dan internet. Pandangan tentang pernikahan dari budaya luar yang lebih fleksibel membuat mereka merasa tidak perlu mengikuti tradisi yang dianggap kuno. Menikah di bulan Suro bagi mereka hanyalah masalah waktu, bukan sebuah pantangan yang harus dihindari.

  • Percaya pada Positive Thinking

  • Anak muda sekarang cenderung lebih percaya bahwa kebahagiaan pernikahan ditentukan oleh hubungan yang sehat dan komunikasi yang baik, bukan karena kapan mereka menikah. Sikap optimis dan percaya diri lebih diutamakan daripada memikirkan mitos yang belum tentu benar.

    Jadi Menikah di Bulan Suro, Boleh Tidak?

    Foto: Fire, Wood & Earth

    Menikah di bulan Suro pada dasarnya tidak dilarang oleh agama atau hukum negara. Meskipun ada mitos pernikahan di bulan Suro yang masih berkembang di masyarakat Jawa, keputusan untuk menikah pada bulan ini sepenuhnya berada di tangan pasangan. Ada beberapa hal yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memutuskan menikah di bulan Suro:

  • Diskusikan dengan Keluarga

  • Jika keluargamu masih sangat memegang tradisi Jawa, ada baiknya kamu berbicara terlebih dahulu dengan mereka. Dengarkan alasan mereka dan sampaikan pendapatmu dengan bijak. Komunikasi terbuka sangat penting agar kalian bisa mencapai kesepakatan yang tidak membuat salah satu pihak merasa terabaikan.

  • Pertimbangkan Aspek Spiritual

  • Jika kamu adalah seseorang yang percaya pada energi spiritual, mungkin ada baiknya untuk mempertimbangkan kembali rencana pernikahan di bulan Suro. Namun, keputusan ini harus didasarkan pada keyakinan pribadi, bukan karena tekanan sosial atau takut terhadap mitos yang belum tentu benar.

  • Fokus pada Kesiapan Emosional dan Finansial

  • Tanggal pernikahan memang penting, tapi yang lebih penting adalah kesiapanmu dan pasangan. Kesiapan emosional dan finansial menjadi kunci utama kesuksesan sebuah pernikahan. Jika kamu merasa siap, tidak ada salahnya untuk tetap melangsungkan pernikahan di bulan Suro.

    Pandangan Agama dan Para Ahli

    Fotografi: Morden

    Dalam Islam, bulan Muharram (yang bertepatan dengan bulan Suro) adalah salah satu bulan yang dimuliakan. Namun, dalam Islam sendiri tidak ada larangan untuk menikah di bulan ini. Justru, bulan Muharram adalah waktu yang baik untuk berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah.

    Para tokoh agama dan budayawan Jawa juga berpendapat bahwa larangan menikah di bulan Suro lebih berkaitan dengan adat istiadat daripada ajaran agama. Oleh karena itu, jika kamu merasa yakin dengan pilihanmu, tidak ada alasan untuk takut menikah di bulan Suro.

    Nah itulah pembahasan tentang mitos pernikahan di bulan Suro. Hal ini  hanyalah salah satu dari sekian banyak kepercayaan tradisional yang masih diyakini oleh sebagian masyarakat, terutama yang kental dengan budaya Jawa. Bagi mereka yang masih menghormati adat, pantangan ini dianggap penting. Namun, bagi generasi muda yang lebih rasional dan berpikiran terbuka, mitos ini mungkin sudah tidak relevan lagi.

    Yang perlu diingat, apapun mitosnya, kebahagiaan pernikahan tidak ditentukan oleh kapan kamu menikah, tetapi bagaimana kamu dan pasangan mempersiapkan diri secara emosional, spiritual, dan finansial. Jika kamu yakin dan siap, pernikahan di bulan Suro atau kapan pun bukanlah hal yang perlu ditakuti.

    Kamu bisa tetap mempertimbangkan pandangan keluarga dan budaya, namun pada akhirnya keputusan tetap ada di tanganmu dan pasangan. Pilihlah waktu yang tepat berdasarkan kesiapan kalian, bukan semata-mata karena takut pada mitos.

    Untuk kamu yang ingin mendapatkan lebih banyak panduan mengenai pernikahan, WeddingMarket memiliki banyak artikel menarik yang bisa kamu jadikan referensi, seperti mitos-mitos tentang pernikahan, tradisi adat jawa, hingga vendor makeup pernikahan adat. Semoga informasi ini membantu kamu dalam mempersiapkan pernikahan impianmu!


    Cover: Fotografi oleh Morden via Sanggar Rias Tari Donolobo


    Artikel Terkait



    Artikel Terbaru